Menulis Buku dari Karya Ilmiah


      Malam ini, Senin 19 Juli 2021 terasa begitu spesial dan penuh syukur. Gema takbir terdengar dari mushola dan masjid yang ada di dekat rumah. Takbir malam ini dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Adha. Idul adha selalu identik dengan penyembelihan hewan qurban. Namun, ada yang berbeda pada malam ini. Pelatihan belajar menulis sekarang masuk dalam pertemuan ke-empat. Saya kagum dengan semangat  guru-guru hebat di pelatihan ini, yang tidak pernah lelah untuk terus belajar. Walaupun pelatihan menulisnya dilakukan melalui chat whatsapp, tapi banyak sekali ilmu yang kami dapatkan. Tepat pukul 07.00 WIB acara dimulai, kali ini yang memandu acaranya Bu Aam Nurhasanah dari Lebak, Banten. Narasumber pada malam ini yaitu Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd. Bu Noralia merupakan pengajar di SMPN 8 Semarang dan Lulusan Magister di Universitas Negeri Semarang. Beliau adalah guru penulis dan juga alumni Kelas Belajar Menulis Gelombang 8 bersama Bu Aam. Selain itu, banyak sekali pengalaman beliau diantaranya: guru blogger, anggota komunitas koordinator virtual indonesia, pembimbing ekstrakurikuler KIR SMP, dll. Luar biasa.. Nah, pada malam ini beliau akan memaparkan materi tentang “Menulis Buku dari Karya Ilmiah”. Berikut hasil resume yang sudah saya buat. Semoga bermanfaat. 

      Berbicara terkait karya ilmiah, tentu semuanya tidak asing bahkan juga sudah pernah membuatnya. Bagi yang lulusan S1, pasti pernah berjuang dengan yang namanya skripsi. Ataupun bagi yang melanjutkan pendidikannya lagi ke jenjang S2, akan meningkat lagi jenis karya ilmiahnya yaitu membuat tesis. Guru juga dituntut untuk membuat karya ilmiah, salah satunya yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dari sini kita dapat melihat bahwa manfaat Karya Tulis Ilmiah (KTI) hanya sebatas untuk memenuhi tuntutan tertentu saja. Misalkan bagi yang sedang kuliah S1, S2 atau S3 tujuannya semata hanya untuk memenuhi prasyarat agar dapat lulus dan mendapatkan gelar. Jika sudah disidangkan atau telah dilakukan penilaian, KTI tersebut sudah pasti dibiarkan tergeletak begitu saja di rak perpustakaan atau bahkan di gudang. Sama halnya bagi guru yang sedang atau sudah pernah menulis PTK ataupun Best Practice. Setelah laporan PTK dibuat, dikumpulkan ke penilai angka kredit, laporan tersebut biasanya hanya akan disimpan oleh penulis sendiri. Jika beruntung, laporan PTK itu bisa terpajang di perpustakaan sekolah. 

Beberapa buku antologi karya beliau
      Padahal jika kita mengingat perjuangan untuk membuat dan menyelesaikan KTI tersebut, tentu tidak sedikit pengorbanan yang harus dikeluarkan. Kita sudah mengorbankan materi, waktu, dan juga psikis. Bahkan untuk sebagian orang ada yang menyelesaikan KTI sampai menghabiskan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Lantas dengan perjuangan yang begitu berat dan panjang tersebut, apakah rela jika hasil perjuangan tersebut hanya berakhir di rak perpustakaan saja? dan tentu KTI tersebut tidak bisa bermanfaat bagi khalayak yang lebih luas. Yang lebih penting adalah muatan data dan temuan-temuan yang terdapat dalam sebuah KTI sudah barang tentu merupakan sebuah rangkaian informasi penting. KTI tersebut dapat bermanfaat bagi pemecahan persoalan faktual yang sedang dihadapi di lapangan. Tentu sangat disayangkan apabila informasi dan data penting tersebut hanya tergeletak begitu di perpustakaan dan tidak bisa tersampaikan kepada masyarakat luas. Padahal KTI tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat luas sebagai rujukan yang dapat memberikan solusi nyata.

      Salah satu solusinya adalah mengubah KTI tersebut menjadi sebuah buku. Banyak sekali manfaaat karya ilmiah versi buku, diantaranya: dapat dibaca oleh masyarakat awam, dapat diperjualbelikan, dan juga bisa menjadi referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya. Jika buku tersebut banyak yang beli, maka kita sebagai penulis akan dikenal oleh banyak orang, ini juga merupakan keuntungan tersendiri selain mendapat keuntungan material. Bagi guru-guru yang berstatus ASN, buku dapat dijadikan publikasi ilmiah yang dapat menambah poin angka kredit. Selain mendapatkan poin angka kredit dari laporan PTK, kita juga akan mendapatkan poin dari publikasi ilmiah berupa buku tadi. 

Lalu, bagaimana cara mengubah Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan PTK menjadi buku? Berikut langkah-langkahnya :

1. Ubah judul KTI menjadi judul popular

Judul KTI versi buku hanya berfokus pada objek penelitian saja. Hilangkan materi, subjek, dan tempat penelitian. Contoh : 

JUDUL TESIS : “Pengembangan modul berbasis riset pada materi reaksi redoks untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa kelas X SMA”.

Ketika diubah menjadi JUDUL BUKU : “Kiat menulis modul berbasis riset”.

Dapat dilihat dari contoh judul ini, objek/fokus penelitian tesis terletak pada pengembangan / pembuatan modul. Jadi ketika diubah menjadi judul buku, sesuaikan dengan fokus penelitian itu. Tinggal ditambah kata : KIAT, JURUS, STRATEGI, CARA SUKSES atau yang lainnya.

2. Ubah Bab I (Pendahuluan) pada KTI menjadi Bab I buku

Namun, disini ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: hapus rumusan masalah, hapus definisi operasional, dan hapus manfaat penelitian. Kita dapat mengisi Bab I ini dengan memasukan permasalahan pembelajaran secara umum, alasan menggunakan metode/media/model pada pembelajaran, atau materi pelajaran yang kita teliti.

3. Bab II dan seterusnya pada KTI versi buku dapat diambil dari pengembangan kajian teori pada Bab II KTI asli

Sebagai contoh Bab 2 KTI yang merupakan landasan teori berisi :
2.1. Hasil belajar
2.2. Media pembelajaran
2.3. Modul
2.4. Metode pembelajaran
2.5  Pembelajaran berbasis riset

Nah ini ketika menjadi buku dapat dibuat menjadi beberapa bab yaitu :
Sub bab 2.1. hasil belajar menjadi bab 2 buku 
Bab 2 TEORI BELAJAR
2.1. Belajar
2.2. Permasalahan dalam pembelajaran
2.3. Hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Sub bab 2.2. media pembelajaran menjadi bab 3 buku
Bab 3 MEDIA PEMBELAJARAN
3.1. Pengertian media
3.2. Jenis media
3.3. Manfaat media

Sub bab 2.3. modul menjadi bab 4 buku
Bab 4 Mengenal modul 
4.1. Pengertian modul
4.2. Karakteristik modul
4.3. Sistematika modul
4.4. Kelebihan modul
Dan seterusnya hingga sub bab dalam bab 2 selesai...

Dengan demikian hanya dari bab 2 KTI saja, kita sudah dapat menuliskan/ mengubahnya menjadi beberapa bab dalam buku

4. Bab V dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan

- Kita dapat memasukkan hasil penelitian KTI ke dalam buku kita. Ini dapat diawali dengan kata pengantar "Pada bab ini merupakan uraian dari hasil penelitian.... ". 
- Hilangkan semua kata Penelitian/ laporan PTK, laporan skripsi dan lainnya yang biasanya ada di karya ilmiah
- Boleh menampilkan grafik tetapi jangan terlalu banyak. Cukup grafik yang penting saja. Grafik lain yang tidak ditampilkan, ubah dalam bentuk kalimat. 

5. Secara kebahasaan dan penyajian, karya ilmiah versi buku haruslah berbeda dengan versi laporan. 
Susunan dan gaya tulisan bebas  terserah penulis, karena setiap penulis memiliki ide  dan kreativitas masing-masing  sesuai dengan pengalaman dan bahan bacaannya. Semakin literatnya penulis, maka akan semakin oke buku yang dia tulis. Hal ini karena membaca, berpikir dan menulis adalah satu rangkaian literasi yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, kita harus mengupayakan agar pembaca memahami isi buku kita secara lengkap, dan mengena apabila menjadi karya ilmiah kita diubah menjadi buku. 

6. Berikanlah ulasan mengenai kelebihan dan kelemahan penelitian yang anda lakukan 

Hal ini sangat penting agar pembaca yakin bahwa anda benar-benar telah melakukan penelitian tersebut.

7. Daftar pustaka boleh menggunakan blog namun situs blog resmi.
Tulisan yang ada di karya ilmiah harus jelas referensinya, sehingga harus mengambil dari buku/ jurnal/ blog resmi seperti Kemendikbud.go.id, jurnal ilmiah, e book, atau karya ilmiah lainnya. Jangan gunakan daftar pustaka berupa blog pribadi dengan domain blogspot, wordpress, dll.

       Karya ilmiah versi buku minimal 70 halaman format A5 dengan ukuran huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan dengan aturan penerbit. Dengan demikian, membuat buku dari karya ilmiah bukan berarti hanya mengubah cover dan judul saja sementara isi sama persis dengan KTI yang sudah kita punya. Itu merupakan suatu kesalahan karena jika seperti itu akan menjadi self plagiarisme untuk karya kita. Kita harus mengubahnya sesuai dengan aturan yang ada, sehingga KTI versi buku tidak akan sama struktur dan isinya dengan KTI aslinya.

      Agar karya ilmiah kita memiliki manfaat yang lebih, maka dapat diubah ke dalam bentuk buku. Dengan demikian karya kita dapat dibaca oleh orang banyak dan menjadi inspirasi. Ini lebih baik daripada berbagi file laporan karya ilmiah kita. Jika karya ilmiah kita dibukukan, selain memberikan manfaat dalam berbagi ilmu, buku karya ilmiah karya kita juga akan memiliki ISBN. Ini sangat penting  dan mungkin dibutuhkan bagi pengajar untuk menambah nilai angka kredit. Selain itu, karya kita juga tidak akan lekang oleh waktu tentang kebermanfaatannya. Semangat menulis… #NAN

  • Judul : Pelatihan Belajar Menulis PGRI
  • Resume ke : 4
  • Gelombang : 19
  • Tanggal         : 19 Juli 2021
  • Tema : Menulis Buku dari Karya Ilmiah
  • Narasumber : Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd.

Related

coretan 2693547327649729104

Posting Komentar

emo-but-icon

About KSGN

About KSGN

Guru Blogger

Follow us !

Postingan Populer

Tayangan

Label

Arsip Berita

item